Muda, Mapan dan Mandiri

Siang itu, Rika pulang kuliah dengan lesu. Bagaimana tidak??? Seakan tidak cukup uang kuliah yang harus dibayarkan orang tuanya pada saat penerimaan mahasiswa. Setelah diterima menjadi mahasiswa, ternyata lebih banyak lagi uang yang harus dikeluarkan oleh orang tuanya. Memang sih Mama dan Papa tidak pernah mengeluhkan soal ini. Tapi bayangkan saja adik-adik Rika yang ada 4 orang, juga masih membutuhkan biaya untuk sekolah.

Di bulan Januari yang lalu.

“Ma, Aku harus melunasi Uang Semester dan SKS supaya aku bisa melakukan registrasi.” Kata Rika sembari takut-takut melihat ke mata Mamanya. Rika ingat baru satu minggu yang lalu dia minta uang pada Mamanya untuk membayar cicilan ketiga uang gedung dan adik-adiknya pun baru saja diharuskan membayar uang sekolah mereka. Adik pertama dan keduanya bersekolah di SMA, Adik ketiganya baru duduk di bangku SMP sedangkan adiknya yang terakhir masih baru kelas 5 SD.

Mamanya hanya tersenyum dengan lembut, seraya mengelus rambut Rika yang panjang. “Tunggu ya sayang, nanti Mama bilang ke Papa dulu.”

Papa Rika hanyalah seorang karyawan Swasta yang setiap Senin sampai Sabtu harus rela pergi pagi dan pulang malam untuk bekerja. Bahkan di hari Minggu, beliau masih mencari pekerjaan sampingan di luar kantornya. Jadilah semua urusan rumah tangga dan anak-anak diserahkan pada Mamanya.

Dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke 18 di bulan Maret.

Rika duduk bertopang dagu didepan kampusnya. Dia masih bingung harus bagaimana dia mencari uang agar dia tidak sepenuhnya ditanggung oleh orang tuanya. Dia merasa kasihan melihat beban keuangan yang harus ditanggung hanya oleh Papanya. Dulu Mama sempat bekerja di sebuah Bank Swasta. Namun karena tidak mampu untuk membayar pembantu, akhirnya Mama merelakan pekerjaannya dan memilih untuk tinggal dirumah dan merawat anak-anak. Sungguh pengorbanan yang luar biasa.

Rika dikagetkan oleh tepukan dipunggungnya

“Hai!!! Ngelamun aja!?!?!?!? Kenapa neng?”

“Aku bingung Nit”

“Bingung kenapa Rika?”

“Gini loh Nit, aku masih belum bilang sama Mamaku kalau aku harus beli diktat Komunikasi yang harganya 250 ribu itu. Aku nggak tega kalau mau minta uang sebanyak itu hanya untuk membeli buku. Jadi sementara ini aku masih pinjam sana sini. Tapi aku bingung kalau saat mengerjakan tugas, karena nggak ada satu pun temanku yang mau meminjamkan buku yang aku butuhkan. Masuk akal juga, karena mereka juga butuh buku itu. Aku jadi bingung ni.”

“Kenapa nggak di foto copy aja?”

“Boro-boro foto copy Nit, aku bisa berangkat kuliah aja udah baek. Nita, aku tuh pengeeeeeeeeeen banget cari kerjaan sampingan biar aku bisa punya pendapatan sendiri. Tapi kamu tahu sendiri kan, kuliahku dari pagi sampai sore. Kalau malam aku pakai buat belajar juga. Gimana ya Nit? Ada saran nggak? Kayaknya aku liat kamu kok punya bisnis dan maju, kamu ngapain aja sih?”

“Ya, semua itu berkat dari Tuhan. Asal kita mau berusaha, kita pasti BISA. Aku bisa mapan kayak gini karena aku berani ambil kesempatan Ri.”

“Kesempatan apa sih?”

“Dulu, sekitar 1,5 tahun yang lalu aku ditawarin ikut bisnis online. Tadinya aku ragu-ragu banget. Taraf ekonomi keluarga kita kan ga jauh beda Ri. Sama-sama ngos-ngosan. Mana mungkin aku bisa sisihkan uang buat ke warnet? Tapi yang nawarin aku ini bilang, kalau bisnis online ini juga bisa dijalankan secara offline dulu.”

“Iiiihhhh …. Kamu jangan bikin penasaran dong Nit.”

“Hihihihihi … nggak lah! Modal awalnya Cuma 39900 loh Ri!”

“Bisnis apaan sih kok modalnya dikit banget? Jangan –jangaaaaaaaan ………”

“Hadeeeeh ……….. jangan negative thinking napa?”

“Habis, mana ada bisnis yang bisa bikin kamu punya duit sendiri plus bikin kamu jadi cantik kayak sekarang! Perasaan dulu waktu kita SMA, kamu kan kusut gitu deh! Hahahahahaha …..”

“Udah puas nginanya?”

“Maap … maap …. Hihihihihihi”

“Beneran mo tau nggak nih? Beneran pengen punya duit sendiri  nggak nih?”

“Bener dong ah … Ayo dong Nit, ajarin aku. Tapi jangan ajak aku yang  macem-macem loh, bisa jantungan ntar Mama – Papaku.”

“Yeeeeeeeeeee … emang aku mo ngajakin apaan?”

“Ayooooo ………. Buruan diceritain, keburu tua nih.”

“Nah ….. itu dia, kamu harus punya semangat! Mumpung masih muda, kita harus mulai rencanakan kehidupan biar kita jadi mapan. Trus soal bisnisnya nih ya. Aku tuh udah 1,5 tahun ini gabung sama yang namanya Oriflame! Udah pernah denger kaaaaaaaan?”

“Ho-oh pernah. Trus gimana caranya dapet duit dari sana?”

“Jadi gini, pertama itu kita kan daftar dulu jadi membernya. Uang pendaftarannya Cuma 39900 aja daaaaan nanti pas kita belanja pertama sebanyak 175 ribu, uang pendaftarannya dibalikin ke kita lagi dengan cara pembelanjaan kita dipotong sebanyak uang pendaftaran itu!”

“Loh …. Kalo kayak gitu bukannya malah jadi ngeluarin duit dan bukan dapet duit?”

“Oneeeeeeeeeng … dodol …”

“Hihihihihi ………… lah trus gimana? Emang gitu toh?”

“Ya bukan laaaaaah …… Kita tuh jualan, oneng!”

“Oooooooo … gitu? Hihihihihi … maap!”

“Kamu kan punya banyak temen tuh, secara kamu tuh orangnya supel banget dan ngikut di banyak organisasi . Manfaatkan itu untuk kamu dapat customer. Dan kuncinya adalah … selain kamu menjual, kamu juga ajak temen-temenmu yang lain untuk ikut gabung dengan kamu juga!”

“Sip … sip … sip …. Trus, gimana dapet keuntungannya?

“Nah … pas kita jualan itu, kita kan pake yang namanya catalog. Jadi di dalam catalog itu nantinya ada penjelasan tentang produk-produk yang kita jual. Katalognya representative banget, jadi nggak usah kuatir kamu ga bakal bisa ngejual. Soalnya di catalog itu sudah aja penjelasan tentang produknya trus ditambah lagi tiap ganti catalog pasti ganti juga barang yang di diskon! Dan diskon barangnya pun nggak cuman satu dua aja tapi buanyaaaaaaaaaaaaaaak! Kamu dapat keuntungannya dari selisih harga pembelian kamu dan harga penjualan kamu. Artinya kalau kamu dapat pesenan dari temenmu, kamu jual barangnya ke dia sesuai dengan harga catalog. Sedang pas kamu beli, kamu membeli dengan harga konsultan. Beda harga catalog dan harga konsultan itu sebesar 30%! Asyiiiik kan?”

“Trus, kapan dong aku bisa mulai daftarnya?”

“Kapan aja bisa!”

“Oh …. Nggak kayak daftar sekolah ato kuliah gitu?”

“Hadeh …. Ya nggak dong ah. Oh iya, di Oriflame itu, untuk setiap member yang baru bergabung, diberikan kesempatan untuk mendapatkan produk gratis dengan ketentuan mencapai poin tertentu untuk tiap level pencapaiannya. Program ini disebut Welcome Program! Ada Welcome Program 1 sampai 4. Atau disebut juga WP1 sampai WP4.”

“Trus gimana cara dapetinnya?”

“Untuk WP1, kamu kumpulin poin sebanyak 75poin – 1 poin itu kurang lebih seharga 5000 rupiah. WP2 100poin, WP3 125poin dan WP4 150poin. Yang perlu kamu ingat, tiap ganti catalog pengumpulan poin dimulai dari NOL lagi. Naaaaaaaah … yang lebih seru lagi nih ya. Kalau kamu bisa rekrut orang untuk gabung di bulan yang sama dengan kamu bergabung, kamu punya kesempatan untuk mendapatkan WP1 sampai WP4 sekaligus bila mereka bisa capai 75poin sebelum akhir bulan. Mumpung ini masih awal bulan, ayo buruan gabung dan rekrut temen-temenmu.”

************************************************************************************

Enam bulan kemudian ………

Hidup terasa bagaikan Meteor Garden (penuh bintang, bulan dan cerah  meski di malam hari) bagi Rika setelah dia bergabung dengan Anita di bisnis Oriflame. Bagaimana tidak? Di bulan pertama dia bergabung di Oriflame, dia sudah dapat meyakinkan 6 temannya untuk bergabung bersamanya di bisnis yang baru mulai ditekuninya itu. Alhasil, dia pun sudah mendapatkan produk WP1 sampai dengan WP4 hanya dalam 1 bulan saja. Di bulan yang keenam ini, dia sudah meyakinkan lebih banyak orang untuk bergabung dengannya dan membantu teman-teman yang pertama bergabung dengannya untuk meraih impian mereka.  Sedikit demi sedikit dia sudah mengumpulkan penghasilannya sendiri. Dia sudah bisa membeli diktat sendiri, dia sudah tidak minta ongkos angkot ke orang tuanya. Bahkan … dia bisa memberikan uang jajan pada adik-adiknya. Bahagianya Rika, bisa meringankan beban orang tuanya dan membagi kebahagiaan dengan adik-adiknya. Dia yakin, bila dia tekun dan mau bekerja keras, dia pasti bisa mencapai semua cita-citanya dalam kuliah dan bisnis.

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment